Pola merupakan hal mendasar dan kritikal dalam membangun daya kepemimpinan manusia. Pola kerap membangun persepsi lewat sistem kognitif manusia.
Dalam organisasi, salah satu pola yang dikembangkan adalah siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) ada juga pola yang dikembangkan misalnya just culture (suatu pola yg menekankan aspek reporting hazard dan incident).
Pola PDCA akan mengarahkan persepsi guna memicu daya kepemimpinan untuk melakukan perencanaan terlebih dahulu dalam kegiatan apapun terkait dengan K3(Plan), selanjutnya persepsi akan meminta daya kepemimpinan untuk menjelaskan perencanaan itu kepada semua pihak dan menjalankan bersama semua pihak tersebut (Do), Check akan mendorong persepsi untuk menjalankan daya kepemimpinan melakukan pengawasan, dan Action akan menekan persepsi supaya daya kepempinan bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi dan menentukan langkah perbaikan jika ada penyimpangan.
Pembiasaan merupakan langkah kunci untuk membentuk kepemimpinan. Perilaku adalah salah satu aspek kepemimpinan yang tampak dan terukur. Bagaimana organisasi melakukan pembiasaan tersebut adalah melalui penciptaan rules, norm, dan mechanism.
Daya kepemimpinan K3 seseorang merupakan hal yang bisa diukur, terutama pada sisi sikap dan perilakunya. Pengukuran terhadap yang paling sederhana adalah menggunakan pendekatan “Write what you do and Do what you write“.
Pendekatan ini terasa sederhana sekali namun hampir semua perusahaan tidak ada yang mampu mencapai 100% mengenai hal tersebut. Bahkan yang terkadang yang fatal adalah apa yang tertulis justru itulah yang dilanggar sementara apa yang tidak tertulis itulah yang dijalankan.
Kalau yang tidak tertulis kerap dijalankan maka sesungguhnya daya kepemimpinan K3 orang tersebut sedang menyiapkan bencana besar sebab perilaku dan sikap tidak bisa diukur dan bila perilaku dan sikap tersebut tidak bisa diukur maka jangan pernah berharap ada perbaikan (improvement) yang terjadi.