berita PAKKI
https://pakki.org/storage//691-Cover Pakki.png

Pentingnya Penerapan K3 dalam Penanganan Bencana

Banjir yang melanda Sumatra Utara akhir-akhir ini kembali menunjukkan betapa rentannya wilayah tersebut terhadap cuaca ekstre...

01 Desember 2025 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

Banjir yang melanda Sumatra Utara akhir-akhir ini kembali menunjukkan betapa rentannya wilayah tersebut terhadap cuaca ekstrem, kerusakan lingkungan, dan kurangnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Hujan dengan intensitas tinggi yang turun selama beberapa hari membuat sejumlah sungai meluap, merendam rumah warga, fasilitas umum, hingga jalan utama yang menjadi jalur ekonomi. Banyak keluarga terpaksa mengungsi karena ketinggian air terus meningkat, sementara akses listrik dan air bersih terputus di beberapa kecamatan.


Di tengah kekacauan akibat banjir, aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi hal yang tak bisa diabaikan, terutama bagi para petugas lapangan yang terlibat dalam evakuasi dan penanganan dampak bencana. Tim BPBD, relawan, TNI, Polri, hingga pekerja teknis dari PLN dan PDAM harus bekerja dalam kondisi lingkungan yang penuh risiko. Arus air yang deras, kontur tanah yang labil, risiko tersengat listrik, hingga potensi penyakit akibat air kotor semuanya memerlukan standar K3 yang ketat. Tanpa penerapan prosedur keselamatan yang benar, proses penanganan bencana justru dapat menghasilkan korban tambahan.


Di beberapa titik banjir, para petugas harus mengevakuasi warga menggunakan perahu karet di area dengan banyak kabel listrik yang terendam. Dalam kondisi seperti ini, penerapan K3 menjadi faktor penentu keselamatan kerja, mulai dari pengecekan sumber listrik, penggunaan alat pelindung diri seperti sepatu anti slip dan sarung tangan insulated, hingga protokol komunikasi yang jelas agar tidak terjadi salah koordinasi. Tantangan ini menunjukkan bahwa bencana alam tidak hanya soal kondisi cuaca, tetapi juga kesiapan tenaga kerja di lapangan dalam memahami risiko dan cara menghindarinya.


Selain bagi petugas, ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan juga dirasakan oleh warga terdampak. Banyak masyarakat yang masih melakukan aktivitas di sekitar genangan tanpa mengetahui bahaya tersembunyi, seperti saluran air terbuka, pecahan material bangunan, hingga potensi pencemaran limbah yang bisa menyebabkan penyakit kulit, leptospirosis, atau gangguan pernapasan. Edukasi K3 untuk masyarakat sebenarnya sama pentingnya dengan penanganan darurat, sebab keselamatan bukan hanya tanggung jawab petugas, tetapi juga setiap individu di lingkungan yang berisiko.


Upaya pemulihan pasca banjir pun tidak lepas dari penerapan prinsip K3. Saat warga kembali ke rumah masing-masing, risiko tersengat listrik dari instalasi yang basah, runtuhan plafon atau tembok, serta kontaminasi air dan lumpur tetap mengintai. Petugas yang melakukan pembersihan saluran, perbaikan jaringan listrik, hingga normalisasi sungai harus bekerja dengan standar keselamatan tinggi untuk mencegah kecelakaan kerja yang dapat memperburuk situasi. Pekerjaan yang tampak sederhana seperti membersihkan sedimen lumpur pun memerlukan alat pelindung dan prosedur yang benar agar tidak terjadi cedera.


Peristiwa banjir di Sumatra Utara ini menjadi pengingat bahwa penerapan K3 tidak hanya berlaku di area industri atau konstruksi, tetapi juga sangat penting dalam konteks penanganan bencana alam. Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu memperkuat pelatihan K3 bagi seluruh petugas bencana, termasuk menyediakan peralatan keselamatan yang memadai, SOP yang jelas, serta sistem koordinasi antar lembaga yang efektif. Tanpa manajemen keselamatan yang baik, kerja keras petugas di lapangan bisa berubah menjadi risiko baru yang tidak diinginkan.


Pada akhirnya, bencana banjir bukan hanya ujian bagi infrastruktur dan lingkungan, tetapi juga bagi kesiapan manusia dalam menghadapi situasi berbahaya. Mengintegrasikan prinsip K3 ke dalam setiap tahap penanganan bencana—mulai dari pencegahan, respons, hingga pemulihan—merupakan langkah penting agar kerja penyelamatan berlangsung aman, efektif, dan tidak menimbulkan korban tambahan. Banjir memang tak selalu dapat dicegah, tetapi dampaknya dapat ditekan jika keselamatan menjadi prioritas utama bagi semua pihak.