berita PAKKI
https://pakki.org/storage/artikel/20230516033914.jpeg

5 Kecelakan Kerja Besar Di Indonesia

Garuda Penerbangan 152Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 yang jatuh di Buah N...

16 Mei 2023 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

Garuda Penerbangan 152

Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 yang jatuh di Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit,Kabupaten Deli SerdangSumatera Utara,Indonesia (sekitar 32 km dari Bandara Polonia dan 45 km dari kota Medan) saat hendak mendarat di Bandara Polonia pada tangal 26 September 1997. Kecelakaan ini menewaskan seluruh orang di dalamnya yang berjumlah 234 orang (222 penumpang dan 12 awak) dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah Indonesia. Saat kecelakaan terjadi kota Medan sedang di selimuti kabut asap tebal akibat pembakaran hutan.

Sekitar jam 1 siang, ATC Medan membersihkan area landasan 5 untuk penerbangan 152 dari posisi awalnya yaitu sudut 316 derajat dan kru pesawat diminta untuk belok kiri ke arah 240 derajat untuk memotong ILS Beacon. 120 detik sebelum tabrakan, kru diminta untuk belok lebih jauh kea rah kiri 215 derajat dan turun ke 1500 kaki, 500 kaki di bawah ketinggian yang telah disetujui dalam prosedur. Pada 13.30, ATC mengarahkan penerbangan 157 untuk berubah menjadi belok ke arah kanan 045 untuk persiapan mendarat ke landasan 5. ATC kemudian meminta kru untuk melapor ke arah mana pesawat berada. Pada saat itu, ATC mengalami kebingungan terhadap kode pesawat yang melakukan komunikasi, karena pada saat yang sama dan di sekitar area yang sama ada penerbangan Merpati 152. Kebingungan ini menjadi awal dari kegagalan ATC, karena arahan ATC justru mengarahkan Garuda 152 ke area pegunungan. Pilot GIA 152 juga tidak bisa melihat area pegunungan karena area Medan sedang berasap karena pembalakan liar.


Gambar 1. Puing Penerbangan Garuda 152

26 September 2012 : In Memoriam GA-152, Kecelakaan Pesawat Terbesar Sepanjang Sejarah Indonesia

Kru pesawat mengkonfirmasi untuk belok kanan ke arah Landasan 5 seperti yang diminta ATC. Terdengar dari percakapan ATC, Tiba-tiba pilot berteriak “Allahu Akbar” karena pilot baru dapat melihat pegunungan. Kemudian pesawat menabrak pegunungan di ketinggian 1150 kaki dekat Pancur Batu, hancur berkeping-keping dan terbakar. Menurut saksi, penerbangan 152 menabrak pegunungan di sudut 220 derajat dengan sayap kiri terbang di bawah, hal ini mendukung teori bahwa pilot tidak menghindar dari rute yang diminta ATC.

Gambar 2. Transkrip Percakapan ATC dan Pilot GIA 152


Ledakan Tambang Sawalunto

Pada hari Selasa, tanggal 16 Juni 2009, sekitar pukul 10.00 WIB telah terjadi kecelakaan di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi batubara PT Dasrat Sarana Arang Sejati di Bukit Bual/Ngalau Cigak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. KP Eksploitasi PT Dasrat Sarana Arang Sejati diterbitkan oleh Walikota Sawahlunto berdasarkan SK No. 05.39/PERINDAKOP/2006 berlaku mulai 2 Juni 2006 s.d 2 Juni 2011.

Pelaksana penambangan adalah kontraktor CV Cipta Perdana. Penambangan dilakukan secara manual menggunakan alat gali belincong dengan membuat lubang-lubang masuk di dalam lapisan batubara tanpa ada ventilasi memadai, hanya mengandalkan ventilasi alami. Ketebalan lapisan batubara yang digali mencapai sekitar 2,5 meter.

Kecelakaan yang terjadi diduga akibat ledakan gas metana (CH4), efek ledakan mengakibatkan adanya lemparan material hingga sejauh 150 meter dari mulut tambang, dan terlemparnya 14 orang yang berada pada jarak sekitar 50 meter dari mulut tambang. Konsentrasi gas metana pada tambang batubara bawah tanah pada kisaran 5 – 15% dapat menimbulkan ledakan (Handbook for Methane Control in Mining, Dept of Health and Human Services, Pittsburgh – USA, 2006).

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerjunkan Tim Penanggulangan yang berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Sawahlunto, Kepala Teknik Tambang PT Bukit Asam, Unit Pertambangan (UP) Ombilin dan Kepala Teknik Tambang PT Allied Indo Coal. Sampai dengan Rabu, 17 Juni 2009 pukul 17.00 WIB, rekapitulasi dan jumlah korban berdasarkan laporan Tim DESDM, adalah sebagai berikut:

Korban meninggal 32 orang dan sudah dievakuasi (31 orang dievakuasi dari lubang tambang dan 1 orang yang berada di luar tambang).Diperkirakan korban yang masih di dalam lubang tambang dan belum diketahui kondisinya, 1 orang.­Korban luka parah/ringan dan dirawat 13 orang.


Gambar 3. Proses Evakuasi Korban Tambang Sawahlunto

Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/67586-berikut_daftar_lengkap_seluruh_korban_ledakan

Runtuhnya Training Center Freeport Big Gossan

Kecelakaan maut pertama terjadi pada Selasa, 14 Mei 2013. Sebanyak 38 pekerja tambang tertimpa robohnya atap area pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan. Ironisnya, saat itu para pekerja tengah mengikuti refresher class mengenai materi keselamatan.

Sebagian terowongan di dalam area pelatihan ambruk para pekerja tengah berkumpul di ruang kelas bawah tanah pada 07.30 WIT. Dari seluruh pekerja yang tertimpa, sebanyak 10 orang dinyatakan selamat dan 28 pekerja tambang lainnya tewas.

Menurut kesaksian inspektor dari ESDM, di atas training centre Freeport ini terdapat aktivitas pekerjaan yang aktif sehingga menambah beban atap training centre tersebut.

Untuk mengevakuasi para korban, tak tanggung-tanggung pihak perusahaan menurunkan 200 anggota tim penyelamat yang bekerja 24 jam setiap hari. Paska kecelakaan terjadi, Freeport menutup operasinya selama 40 hari guna menghindari adanya longsor susulan.

Diakui pihak perusahaan, insiden maut di fasilitas pelatihan bawah tanah Big Gossan tersebut merupakan kecelakaan terparah sejak 30 tahun beroperasi.


Gambar 4. Evakuasi Korban Big Gossan

Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/422987-penambangan-pt-freeport-kembali-beroperasi

Ledakan Petrowidada

Pabrik PT Petrowidada, perusahaan yang memproduksi bahan baku produk plastik phthalic anhydride dan maleic anhydride meledak akibat kebocoran bahan kimia dalam proses produksi, Selasa 20 Januari 2004. Ledakan di pabrik yang berada di kawasan industri Petrokimia Gresik, Jawa Timur, itu hingga pukul 23.45 diketahui menyebabkan dua orang meninggal dan sekitar 50 orang lainnya mengalami luka bakar.

Samsi, korban yang meninggal di tempat kejadian, dilaporkan sebagai direktur produksi di perusahaan itu. Sedangkan Abdul Kohir (44), korban luka bakar yang pertama, dibawa ke Rumah Sakit (RS) dr Sutomo, Surabaya, diberitakan meninggal pukul 22.00 dengan luka bakar 78 persen. Ledakan terjadi sekitar pukul 16.00 ketika sebagian besar karyawan masih bekerja. Suara ledakan terdengar hingga radius sekitar tiga kilometer dari lokasi pabrik. Percikan api dan asap hitam pekat tampak membubung ke udara hingga ratusan meter setelah beberapa detik suara dentuman keras terdengar.


Sumber: https://chemcareasia.wordpress.com/2007/06/06/dampak-ledakan-pabrik-kimia/

Asap hitam pekat yang membubung ke udara bak membentuk kuali besar. Menurut keterangan sejumlah saksi mata dan para korban, sumber ledakan dahsyat berasal dari tangki 2944 yang memproduksi dan memproses bahan kimia maleic anhydride (MA) dan phthalic anhydride (PA). Tangki tersebut berada di tengah pabrik di sebelah utara kantor pusat PT Petrowidada.

Awal mula ledakan itu dipicu kebocoran bahan kimia MA yang sedang diproses di dalam tangki tersebut. Seorang pekerja mengatakan, kebocoran bahan kimia MA sudah diketahui sejak pukul 11.00. Ketika itu kepulan asap putih terlihat keluar melalui keran tangki. Sekitar pukul 15.45 ada peringatan dari petugas ruang kontrol melalui pengeras suara bahwa tingkat kebocoran semakin besar. Dari keran tangki, tiba-tiba terdengar suara udara, seperti terompet, sebelum akhirnya tangki bertingkat tujuh itu meledak.

“Sumber kebocoran berada di atas tangki dan asapnya keluar cukup kuat. Waktu itu petugas dari ruang kontrol menyebutkan, tekanan uap yang keluar sudah mencapai 206 rpm (putaran per menit). Para pekerja yang berada di atas tangki mulai turun. Namun, tak berapa lama kemudian tangki itu meledak dan uapnya membakar pakaian serta kulit dan melempar para pekerja yang masih berada di sekitar tangki, beberapa meter dari tempat asal ledakan,” ujar Jayadi, seorang pekerja las yang berada sekitar 200 meter dari tangki.

Ia menuturkan ledakannya begitu dahsyat sehingga menghancurkan kaca, asbes, dan merobohkan atap. Sementara uap dari cairan kimia tersebut melebar ke sekitar pabrik. Tak lama kemudian percikan api mulai terlihat menjalar ke bangunan lainnya karena tersebarnya bahan kimia akibat ledakan. Dentuman keras berkali-kali terdengar, disusul semburan nyala api yang membesar.

Personal General Affair and Manager Quality PT Petrowidada Kusnan yang juga menjadi korban ledakan mengatakan, saat peristiwa terjadi ia baru saja dihubungi petugas ruang kontrol, yakni sekitar 15 menit sebelum tangki meledak. Ia mengatakan, saat itu petugas di ruang kontrol menyatakan ada masalah serius pada tangki 2944.

“Namun, belum sampai saya ke lokasi, tangki itu sudah meledak dan menyemburkan bahan kimia yang membakar dan melemparkan beberapa pekerja. Saya sendiri bisa selamat karena jaraknya masih sekitar 50 meter dari tangki itu,” kata Kusnan yang mengalami luka bakar di bagian wajah dan kerusakan mata akibat semprotan uap.

Saat ledakan terjadi, lanjutnya, di sekitar tangki masih ada beberapa pekerja yang tengah memperhatikan kebocoran. Namun, dia tidak bisa memastikan jumlahnya dan keselamatan mereka. Petugas pemadam kebakaran dan tim kesehatan baru mulai berdatangan sekitar 10 menit setelah peristiwa ledakan. Dari lokasi pabrik PT Petrowidada, tim evakuasi memindahkan sekitar 50 pekerja yang mengalami luka bakar cukup serius. Total terdapat 3 korban tewas akibat kecelakaan ini.

Ledakan Mandom

Menurut Kepolisian Daerah Metro Jaya, penyebab kebakaran pabrik PT Mandom Indonesia di Cikarang, Bekasi, yang terjadi pada 10 Juli 2015 adalah karena bocornya flexible tube atau selang gas yang terpasang pada mesin deodorant parfum spray (DPS) filling line 2. “LPG yang bocor dari flexible tube tersulut oleh elemen pemanas mesin dryer yang terpasang di mesin DPS filling tersebut,” ujar Krishna di Polda Metro Jaya Rabu, 14 Oktober 2015.

Namun, kebocoran gas bukan penyebab tunggal ledakan. Menurut pendapat saksi ahli yang didatangkan ketika sidang, terdapat beberapa pertanyaan terhadap desain ruangan produksi, penilaian resiko fasilitas produksi berupa Hazop, efektifitas dari Gas Detector, keberadaan shut down valve serta blower untuk mengeluarkan sisa-sia gas yang mudah terbakar.


Gambar 6. Puing Ledakan Mandom

Sumber: http://news.detik.com/fokus/4412/kebakaran-maut-pabrik-mandom

Ledakan ini menjadi kecelakaan kerja terbesar dalam Keselamatan Proses di Indonesia dan di dunia Manufaktur Indonesia. Total 28 pekerja meninggal dengan puluhan lainnya luka-luka serta kerugian sebesar Rp 89,762 miliar.

Updated 23 Nov 17

Ledakan Pabrik Petasan Kosambi

Sebuah ledakan dahsyat terjadi dari pabrik petasan milik PT Panca Buana di Kosambi, Tangerang pada pukul 09.00. Lebih dari 47 orang tewas dengan puluhan korban lainnya mendapatkan luka parah. Jumlah pekerja tewas tersebut lebih besar daripada ledakan di Mandom pada tahun 2015.


Polisi telah mengetahui secara pasti penyebab terbakarnya pabrik mercon di Kosambi, Kabupaten Tangerang. Hal tersebut diketahui setelah polisi melakukan olah tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi.

“Bahwa penyebab kebakaran adalah percikan las yang menyambar ke bahan pembuatan kembang api,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (28/10/2017).

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta menambahkan, sebelum peristiwa kebakaran itu terjadi, Subarna Ega sedang memperbaiki atap pabrik menggunakan alat las. Rupanya, percikan api dari mesin las tersebut terkena bahan baku pembuat kembang api.

“Dari keterangan saksi dan olah TKP yang dilakukan Labfor, maka diduga peristiwa ini berawal dari pekerjaan las yang dilakukan Ega. Percikan ini menimpa bahan-bahan kembang api, lalu seketika menimbulkan kebakaran,” kata Nico.

Banyaknya korban yang berjatuhan diperparah juga dengan posisi gerbang yang terkunci sehingga menyulitkan proses evakuasi.