berita PAKKI
https://pakki.org/storage//200-Cover Pakki (2).jpg

Kecelakaan Kerja = Biaya Tersembunyi yang Sering Diabaikan

Kecelakaan kerja sering dianggap sebagai insiden tak terduga yang hanya menimbulkan kerugian sesaat. Padahal, di balik satu k...

12 November 2025 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

Kecelakaan kerja sering dianggap sebagai insiden tak terduga yang hanya menimbulkan kerugian sesaat. Padahal, di balik satu kejadian, ada rantai panjang biaya tersembunyi yang bisa membuat perusahaan merugi besar tanpa sadar.

Biaya ini tidak tercatat dalam laporan keuangan secara langsung, tetapi dampaknya bisa jauh lebih besar dari yang terlihat di permukaan.



Apa Itu Biaya Tersembunyi?

Biaya tersembunyi (hidden cost) adalah kerugian tidak langsung yang timbul akibat kecelakaan kerja.

Misalnya: waktu yang terbuang karena investigasi, hilangnya produktivitas tim, rusaknya peralatan, hingga menurunnya moral karyawan.

Kalau satu kecelakaan menyebabkan mesin berhenti selama 2 jam, pekerja trauma, dan klien menunda order, kerugian riil bisa jauh melampaui biaya pengobatan korban.



Breakdown Biaya Tersembunyi Akibat Kecelakaan Kerja

1. Downtime (Waktu Terhenti Produksi)

Begitu terjadi kecelakaan, seluruh aktivitas sering dihentikan untuk investigasi dan pembersihan area.

Waktu terhenti ini mengakibatkan penundaan target produksi dan menurunkan efisiensi kerja.

Setiap menit berhenti berarti kehilangan pendapatan — apalagi di industri manufaktur atau konstruksi.

2. Kompensasi dan Tanggung Jawab Perusahaan

Selain biaya pengobatan dan santunan, perusahaan juga harus menanggung biaya administratif, laporan BPJS Ketenagakerjaan, dan kadang penalti jika terbukti lalai.

Kecelakaan berat bisa berujung pada tuntutan hukum yang nilainya tidak sedikit.

3. Kerusakan Aset dan Biaya Perbaikan

Peralatan atau mesin yang rusak akibat kecelakaan juga termasuk beban tersembunyi.

Suku cadang, downtime perbaikan, hingga risiko kerusakan berulang jika tidak diperbaiki tuntas, semuanya menambah biaya operasional.

4. Penurunan Produktivitas dan Moral Karyawan

Karyawan yang menyaksikan kecelakaan bisa mengalami fear effect — rasa cemas atau trauma yang menurunkan motivasi kerja.

Produktivitas pun menurun karena pekerja menjadi lebih berhati-hati atau bahkan takut mengambil inisiatif.

5. Kerusakan Reputasi dan Kepercayaan Klien

Reputasi perusahaan bisa tercoreng jika kecelakaan terjadi berulang kali atau viral di media.

Klien bisa ragu untuk bekerja sama, dan calon investor bisa menilai bahwa perusahaan tidak punya sistem K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang baik.

6. Biaya Rekrutmen dan Pelatihan Ulang

Jika korban kecelakaan harus cuti lama atau tidak bisa bekerja lagi, perusahaan harus mencari pengganti.

Proses rekrutmen, pelatihan, dan adaptasi karyawan baru juga memakan waktu dan biaya.



Studi Kasus Singkat (Ilustrasi)

Sebuah pabrik tekstil mengalami kecelakaan ringan ketika operator mesin terluka karena prosedur keamanan tidak diikuti.

Kerugian langsung: biaya pengobatan Rp2 juta.

Tapi setelah dihitung total, muncul biaya tambahan:

  • Downtime mesin: Rp8 juta
  • Keterlambatan order: Rp12 juta
  • Pelatihan operator baru: Rp3 juta
  • Penurunan produktivitas 1 minggu: Rp5 juta
  • Total kerugian riil: Rp30 juta, lima belas kali lipat dari biaya awal.

Kesimpulan

Kecelakaan kerja tidak pernah murah, bahkan ketika terlihat sepele.

Biaya tersembunyinya bisa menggerogoti keuntungan dan merusak reputasi perusahaan dalam jangka panjang.

Mencegah jauh lebih hemat daripada memperbaiki.

Penerapan budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bukan sekadar kewajiban hukum, tapi investasi strategis untuk menjaga keberlanjutan bisnis dan kesejahteraan pekerja.



Pesan Penutup

Satu langkah kecil seperti memakai APD, memberi briefing rutin, atau memastikan area kerja aman bisa menyelamatkan banyak hal — nyawa, waktu, dan keuangan perusahaan.

Ingat: Keselamatan bukan biaya, tapi nilai.