berita PAKKI
https://pakki.org/storage/artikel/658-Cover LSP (6).jpg

Ancaman Baru di Balik Panel Surya, Baterai Skala Besar, Turbin Angin, dan Fasilitas Biodiesel

Transisi global menuju energi terbarukan bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan. Panel surya menghiasi atap rumah, turbin...

24 Desember 2025 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

Transisi global menuju energi terbarukan bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan. Panel surya menghiasi atap rumah, turbin angin berdiri di pesisir dan perbukitan, serta baterai skala besar mulai mendominasi sistem penyimpanan energi modern. Di Indonesia, biodiesel juga menjadi tulang punggung energi hijau melalui program B35 dan B40.

Namun di balik manfaat lingkungan dan efisiensi biaya, industri energi terbarukan menyimpan emerging risk — yaitu risiko-risiko baru yang belum sepenuhnya terpetakan oleh sistem K3, asuransi, maupun regulasi keselamatan konvensional.

Artikel ini membahas secara komprehensif berbagai emerging risk yang muncul dari empat sektor utama energi terbarukan: panel surya, baterai skala besar, turbin angin, dan fasilitas biodiesel.



Apa Itu Emerging Risk?

Emerging risk adalah risiko baru yang muncul akibat:

  • Perubahan teknologi,
  • Perubahan model bisnis,
  • Perubahan lingkungan kerja,
  • Dan adopsi sistem otomatisasi canggih.

Risiko ini sering kali belum tercantum dalam standar keselamatan lama, namun memiliki potensi dampak besar terhadap keselamatan pekerja, aset, lingkungan, dan keberlangsungan bisnis.



Emerging Risk pada Panel Surya

1. Risiko Listrik DC Tegangan Tinggi

Panel surya menghasilkan arus searah (DC) bertegangan tinggi yang tetap aktif saat terkena sinar matahari. Hal ini menimbulkan risiko:

  • Sengatan listrik fatal,
  • Arc flash DC,
  • Kebakaran akibat konektor longgar.

Risiko ini sering diremehkan karena panel tampak pasif dan “tidak bergerak”.



2. Paparan Material Berbahaya

Beberapa modul surya mengandung:

  • Kadmium,
  • Timbal,
  • Silikon kristalin.

Jika panel rusak atau dibongkar tanpa prosedur yang benar, pekerja dapat terpapar zat beracun dan debu silika respirable.



3. Risiko Struktural Atap Bangunan

Pemasangan panel di atap menambah beban struktural dan menciptakan risiko:

  • Runtuhnya atap,
  • Jatuh dari ketinggian,
  • Cedera akibat sistem rel yang tidak sesuai standar.

Emerging Risk pada Instalasi Baterai Skala Besar (BESS)

1. Thermal Runaway

Baterai lithium skala besar berpotensi mengalami thermal runaway yang menyebabkan:

  • Ledakan,
  • Kebakaran berantai,
  • Pelepasan gas beracun seperti HF (hydrogen fluoride).

Sekali terjadi, api hampir mustahil dipadamkan dengan metode konvensional.



2. Risiko Gas Beracun

Kebocoran baterai dapat menghasilkan:

  • HF,
  • CO,
  • Senyawa volatil lainnya.

Paparan singkat saja dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kematian.



3. Risiko Sistem Otomasi

BESS sangat tergantung pada AI dan sistem manajemen baterai (BMS). Kesalahan software atau sensor dapat:

  • Menyebabkan kegagalan proteksi,
  • Memicu pengisian berlebih,
  • Mempercepat degradasi baterai dan memicu kebakaran.

Emerging Risk pada Turbin Angin

1. Bekerja di Ketinggian Ekstrem

Teknisi turbin bekerja pada ketinggian 80–150 meter. Risiko utama:

  • Jatuh dari gondola,
  • Kegagalan alat pelindung jatuh,
  • Evakuasi darurat yang sulit dan lambat.

2. Kegagalan Mekanis dan Lemparan Fragmen

Blade turbin dapat:

  • Retak,
  • Terlepas,
  • Melempar serpihan hingga ratusan meter.

Ini menciptakan risiko fatal bagi teknisi dan masyarakat sekitar.



3. Risiko Paparan Infrasound

Turbin menghasilkan gelombang suara frekuensi rendah (infrasound) yang berpotensi menyebabkan:

  • Gangguan tidur,
  • Stres,
  • Sakit kepala kronis.

Emerging Risk pada Fasilitas Biodiesel

1. Risiko Reaksi Kimia Tidak Stabil

Produksi biodiesel melibatkan metanol, NaOH, dan reaksi eksotermik. Risiko yang muncul:

  • Ledakan reaktor,
  • Tumpahan bahan kimia,
  • Kebakaran reaktif.

2. Risiko Biologis

Limbah biodiesel dapat menghasilkan:

  • Bakteri anaerob,
  • Gas H₂S,
  • Kontaminasi mikroba pada pekerja.

3. Korosi dan Kebocoran Infrastruktur

Biodiesel memiliki sifat lebih korosif dibanding solar biasa, meningkatkan risiko:

  • Kebocoran tangki,
  • Pencemaran tanah dan air,
  • Ledakan akibat akumulasi uap bahan bakar.

Implikasi terhadap K3 dan Manajemen Risiko

Industri energi terbarukan menuntut perubahan paradigma K3:

Sistem LamaSistem BaruFokus mekanikFokus elektro-kimiaBahaya kasat mataBahaya tidak kasat mataSOP statisSOP adaptif & berbasis dataManual inspectionMonitoring real-time


Strategi Mitigasi Emerging Risk

  1. Digital Safety Management System
  2. Thermal sensor & gas detector real-time
  3. Sertifikasi teknisi khusus energi terbarukan
  4. SOP darurat kebakaran baterai
  5. Audit struktural berkala panel atap
  6. Pelatihan evakuasi turbin angin
  7. Pengelolaan limbah biodiesel berbasis biohazard

Penutup

Energi terbarukan bukan hanya masa depan energi, tetapi juga masa depan tantangan keselamatan kerja. Emerging risk pada panel surya, baterai skala besar, turbin angin, dan fasilitas biodiesel menuntut pendekatan K3 yang lebih modern, berbasis teknologi, dan adaptif terhadap perubahan cepat.

Perusahaan yang mampu mengelola risiko ini sejak dini bukan hanya lebih aman, tetapi juga lebih dipercaya oleh investor, regulator, dan masyarakat.