berita PAKKI
https://pakki.org/storage//762-Cover Pakki.jpg

Emergency Drill: Latihan Serius atau Formalitas?

Ketika sirene tanda bahaya berbunyi di kantor atau pabrik, sebagian orang mungkin hanya berjalan santai keluar gedung. Padaha...

29 Oktober 2025 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

Ketika sirene tanda bahaya berbunyi di kantor atau pabrik, sebagian orang mungkin hanya berjalan santai keluar gedung. Padahal tujuan dari emergency drill bukan sekadar menggugurkan kewajiban tahunan atau memenuhi checklist K3, tetapi memastikan semua orang siap bertindak cepat dan tepat saat keadaan darurat benar-benar terjadi.

Sayangnya, banyak latihan yang masih terasa seperti formalitas—terencana, tetapi tidak benar-benar realistis. Supaya latihan tidak sekadar rutinitas, berikut beberapa cara agar emergency drill menjadi lebih efektif dan bermanfaat.



1. Simulasikan Skenario yang Masuk Akal

Jangan selalu menggunakan skenario yang sama setiap tahun. Buat variasi yang relevan dengan potensi risiko di tempat kerja, misalnya:

  • Tumpahan bahan kimia di area produksi
  • Ledakan akibat korsleting listrik
  • Gempa saat jam kerja penuh

Semakin realistis skenarionya, semakin besar peluang karyawan untuk belajar menghadapi situasi sesungguhnya.



2. Jangan Umumkan Waktu Latihan Secara Detail

Jika semua orang sudah tahu kapan latihan akan dilakukan, maka reaksi mereka tidak akan alami.

Lebih baik informasikan secara umum bahwa dalam waktu dekat akan ada simulasi darurat, tanpa menyebutkan tanggal dan jam pastinya.

Dengan cara ini, karyawan akan belajar merespons spontan dan tetap tenang meskipun tidak siap sebelumnya.


3. Libatkan Semua Level Karyawan

Bencana tidak mengenal jabatan. Pastikan seluruh karyawan, termasuk manajer dan staf administrasi, ikut berpartisipasi secara penuh.

Pimpinan juga perlu berlatih mengambil keputusan cepat, misalnya menentukan area evakuasi alternatif jika jalur utama tertutup.



4. Latih Komunikasi dan Koordinasi Nyata

Dalam situasi darurat, komunikasi yang tidak jelas bisa menimbulkan kepanikan.

Pastikan ada simulasi komunikasi antar tim, seperti siapa yang menghubungi petugas pemadam, siapa yang memimpin evakuasi, dan siapa yang memastikan kehadiran karyawan di titik kumpul.

Gunakan alat komunikasi yang benar-benar akan dipakai saat keadaan darurat, seperti handy talky atau grup pesan khusus.


5. Evaluasi Secara Objektif

Setelah latihan selesai, lakukan debriefing untuk menilai apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki.

Beberapa hal yang dapat dievaluasi:

  • Waktu evakuasi dan kesesuaiannya dengan target
  • Respons individu dan tim evakuasi
  • Hambatan komunikasi atau logistik
  • Kondisi psikologis dan tingkat kepanikan peserta

Catat semua hasilnya dan gunakan untuk penyempurnaan latihan berikutnya.



6. Ulangi dan Tingkatkan Secara Berkala

Satu kali latihan tidak cukup.

Idealnya, emergency drill dilakukan minimal dua kali setahun, dengan skenario dan tingkat kesulitan yang berbeda.

Tujuannya agar karyawan tidak hanya hafal prosedur, tetapi juga terbiasa bereaksi cepat dan benar saat situasi darurat terjadi.



Emergency drill bukan sekadar kegiatan formalitas, melainkan investasi keselamatan bagi seluruh tim.

Dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang realistis, dan evaluasi yang objektif, latihan ini bisa menjadi sarana penting untuk melindungi nyawa dan meminimalkan kerugian ketika bencana benar-benar terjadi.