Dalam dunia keselamatan kerja, investigasi insiden adalah proses penting untuk mencegah kejadian serupa terulang. Namun, masih banyak perusahaan yang terjebak dalam blame culture—sebuah budaya menyalahkan individu ketika terjadi insiden. Pendekatan ini tidak hanya tidak efektif, tetapi juga dapat menghambat peningkatan keselamatan secara keseluruhan.
Padahal, tujuan utama investigasi bukanlah mencari siapa yang salah, melainkan memahami akar masalah agar dapat diperbaiki.
Blame culture adalah budaya organisasi yang cenderung:
Dalam lingkungan seperti ini, pekerja sering merasa tidak aman untuk berbicara jujur mengenai masalah yang mereka temui. Akibatnya, banyak insiden yang tidak pernah dilaporkan, dan risiko di tempat kerja terus berulang.
Budaya menyalahkan dapat membawa sejumlah dampak serius, di antaranya:
Ketika pekerja takut disalahkan, mereka enggan terbuka. Hal ini menurunkan moral, mengurangi partisipasi, dan membuat hubungan antara manajemen dan pekerja menjadi renggang.
Jika fokus hanya pada individu, akar masalah—seperti prosedur yang tidak jelas, alat yang tidak layak, atau beban kerja berlebih—tidak pernah terungkap. Padahal, faktor sistemik sering menjadi penyebab utama.
Pekerja akan ragu untuk melaporkan insiden kecil atau near-miss. Padahal data tersebut penting untuk identifikasi risiko sebelum berkembang menjadi kecelakaan besar.
Karena masalah tidak diperbaiki di level sistem, risiko tetap ada dan kejadian yang sama bisa berulang. Ini merugikan perusahaan secara biaya, waktu, hingga reputasi.
Pendekatan keselamatan modern menekankan bahwa kecelakaan tidak disebabkan oleh satu orang saja. Biasanya ada berlapis-lapis faktor seperti:
Dengan fokus mencari akar masalah (root cause), perusahaan dapat:
Berikut pola yang bisa diterapkan:
Pastikan pekerja merasa aman dan tidak diancam sanksi hanya karena melaporkan sesuatu.
Kumpulkan data, bukti, dan kronologi secara objektif. Jangan mengambil asumsi.
Beberapa metode yang umum digunakan:
Pendekatan ini membantu menggali masalah sampai ke level sistem.
Tanyakan:
Rekomendasi harus konkret, bisa dijalankan, dan berorientasi pada pencegahan, bukan pembalasan.
Agar semua tim belajar dari kejadian tersebut, bukan menutupinya.
Sebagai lawan dari blame culture, banyak perusahaan mulai mengadopsi just culture—budaya yang seimbang antara tanggung jawab dan pembelajaran.
Ciri-cirinya:
Budaya ini mendorong keterbukaan dan meningkatkan efektivitas keselamatan kerja secara signifikan.
Investigasi insiden bukanlah ajang mencari siapa yang salah, tetapi kesempatan untuk memperbaiki sistem demi keselamatan bersama. Menghindari blame culture dan beralih ke pendekatan berbasis akar masalah akan membuat lingkungan kerja lebih aman, sehat, dan produktif.
Dengan memahami bahwa kecelakaan biasanya disebabkan oleh rangkaian faktor, bukan satu individu, perusahaan dapat membangun budaya keselamatan yang kuat dan mencegah insiden berulang di masa mendatang.