Budaya keselamatan (safety culture) merupakan fondasi utama dalam menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan produktif. Banyak organisasi telah memiliki prosedur K3 yang lengkap, namun angka kecelakaan tetap terjadi. Hal ini sering kali bukan disebabkan oleh kurangnya aturan, melainkan karena budaya keselamatan belum benar-benar tertanam dalam perilaku dan pola pikir pekerja.
Untuk memahami sejauh mana budaya keselamatan telah berkembang, organisasi perlu melakukan Safety Culture Assessment. Penilaian ini membantu mengukur sikap, persepsi, dan perilaku keselamatan di semua level organisasi. Dua alat ukur yang paling banyak digunakan secara global adalah DuPont Bradley Curve dan Safety Climate Survey.
Safety Culture Assessment adalah proses sistematis untuk menilai sejauh mana nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku keselamatan diterapkan dalam organisasi. Penilaian ini tidak hanya fokus pada data kecelakaan, tetapi juga pada mindset dan kebiasaan kerja sehari-hari.
Tujuan utama dari assessment ini antara lain:
DuPont Bradley Curve adalah model yang menggambarkan tingkat kematangan budaya keselamatan dalam organisasi berdasarkan perilaku manusia. Model ini menunjukkan bahwa semakin matang budaya keselamatan, semakin rendah angka kecelakaan kerja.
Kurva ini membagi budaya keselamatan ke dalam empat tahap utama:
Pada tahap ini, keselamatan dianggap penting setelah kecelakaan terjadi. Organisasi cenderung bereaksi terhadap insiden, bukan mencegahnya.
Ciri-ciri utama:
Keselamatan mulai dikelola secara sistematis melalui aturan dan pengawasan.
Ciri-ciri utama:
Pada tahap ini, pekerja mulai bertanggung jawab atas keselamatan dirinya sendiri.
Ciri-ciri utama:
Tahap tertinggi dalam Bradley Curve, di mana keselamatan menjadi nilai bersama.
Ciri-ciri utama:
Dalam praktik assessment, DuPont Bradley Curve dinilai melalui indikator seperti:
Penilaian biasanya dilakukan melalui observasi, wawancara, diskusi kelompok, dan analisis data insiden.
Safety Climate Survey adalah metode kuantitatif yang digunakan untuk mengukur persepsi dan sikap pekerja terhadap keselamatan pada suatu waktu tertentu. Berbeda dengan budaya keselamatan yang bersifat jangka panjang, safety climate mencerminkan kondisi saat ini.
Survei ini umumnya berbentuk kuesioner anonim yang diisi oleh pekerja dari berbagai level organisasi.
Safety Climate Survey biasanya mencakup beberapa dimensi kunci berikut:
Mengukur sejauh mana pekerja melihat manajemen benar-benar memprioritaskan keselamatan, bukan hanya produktivitas.
Contoh indikator:
Menilai efektivitas penyampaian informasi K3 di tempat kerja.
Contoh indikator:
Mengukur sejauh mana pekerja dilibatkan dalam program keselamatan.
Contoh indikator:
Menilai kecukupan pelatihan keselamatan yang diterima pekerja.
Contoh indikator:
Mengukur kemudahan dan keamanan pekerja dalam melaporkan kejadian.
Contoh indikator:
Pendekatan terbaik dalam Safety Culture Assessment adalah mengombinasikan DuPont Bradley Curve dan Safety Climate Survey.
Dengan kombinasi ini, organisasi dapat:
Safety Culture Assessment bukan sekadar formalitas atau kewajiban audit, melainkan alat strategis untuk menciptakan perubahan nyata di tempat kerja. Melalui pemanfaatan DuPont Bradley Curve dan Safety Climate Survey, organisasi dapat mengukur budaya keselamatan secara objektif dan terarah.
Budaya keselamatan yang matang tidak terbentuk dalam semalam. Dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan keterlibatan seluruh elemen organisasi. Namun, dengan assessment yang tepat, perjalanan menuju lingkungan kerja yang aman dan berkelanjutan dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan.