berita PAKKI
https://pakki.org/storage//669-Cover Pakki (2).jpg

Stop Work Authority (SWA): Apakah Sudah Efektif?

1. Apa Itu Stop Work Authority (SWA)? Stop Work Authority (SWA) adalah hak setiap pekerja untuk menghentikan sementara pekerj...

03 November 2025 | Konten ini diproduksi oleh A2K4

1. Apa Itu Stop Work Authority (SWA)?

Stop Work Authority (SWA) adalah hak setiap pekerja untuk menghentikan sementara pekerjaan ketika mereka menemukan kondisi tidak aman, baik bagi diri sendiri, rekan kerja, maupun lingkungan sekitar. Konsep ini bertujuan menekan potensi kecelakaan kerja dengan memberikan otoritas penuh kepada siapa pun di lapangan — tanpa melihat jabatan — untuk berkata, “Stop dulu, ini berisiko.”

Namun, pertanyaan pentingnya adalah: apakah SWA sudah benar-benar efektif di lapangan?



2. SWA: Antara Regulasi dan Realitas

Secara teori, hampir semua perusahaan besar terutama di sektor migas, pertambangan, dan konstruksi sudah memiliki kebijakan SWA yang tertulis jelas dalam sistem K3 mereka.

Tapi dalam praktiknya, masih banyak pekerja yang ragu atau takut menggunakan hak tersebut.

Beberapa alasan umum yang muncul di lapangan antara lain:

  • Takut dianggap menghambat pekerjaan atau tidak produktif.
  • Khawatir dimarahi atasan.
  • Tidak yakin apakah keputusannya benar.
  • Budaya kerja yang masih menomorsatukan target daripada keselamatan.

Padahal, inti dari SWA bukan soal siapa yang berani menghentikan pekerjaan, tetapi seberapa cepat risiko bisa dikendalikan sebelum menimbulkan insiden.



3. Tantangan Implementasi di Lapangan

SWA seringkali hanya berjalan efektif di perusahaan yang benar-benar membangun budaya terbuka antara pekerja dan manajemen.

Beberapa tantangan utama yang membuat implementasinya tidak maksimal antara lain:

  • Kurangnya pelatihan praktis.
  • Banyak sosialisasi SWA hanya sebatas teori tanpa simulasi nyata bagaimana dan kapan harus menghentikan pekerjaan.
  • Tidak ada pelindung terhadap pekerja yang menggunakan SWA.
  • Beberapa pekerja merasa tindakan mereka bisa berujung pada sanksi atau reputasi buruk.
  • Manajemen belum sepenuhnya mendukung.
  • Dalam banyak kasus, manajemen hanya melihat SWA sebagai formalitas kepatuhan, bukan budaya keselamatan yang hidup.

4. Cara Membuat SWA Benar-Benar Efektif

Agar SWA menjadi budaya yang kuat, perusahaan perlu memastikan beberapa hal berikut:

Bangun budaya “speak up without fear.”

Pekerja tidak boleh takut untuk melapor atau menghentikan pekerjaan. Hal ini bisa dimulai dari keteladanan supervisor dan manajer yang mendukung keputusan tersebut.

Lakukan simulasi dan roleplay nyata.

Latihan seperti “skenario SWA” di lapangan membuat pekerja terbiasa mengenali tanda bahaya dan tahu cara mengambil keputusan cepat.

Berikan apresiasi, bukan sanksi.

Pekerja yang berani menghentikan pekerjaan karena alasan keselamatan harus diberi penghargaan, bukan dipersalahkan.

Dokumentasikan dan evaluasi setiap kejadian SWA.

Catatan ini penting untuk pembelajaran agar potensi bahaya serupa tidak terulang.

Manajemen harus ikut terlibat aktif.

Keberhasilan SWA sangat bergantung pada dukungan manajemen. Bila atasan memberi contoh menghentikan pekerjaan ketika ada risiko, pekerja pun akan mengikuti.



5. Kesimpulan: SWA Harus Jadi Budaya, Bukan Sekadar Prosedur

Stop Work Authority bukan sekadar aturan di atas kertas, tetapi cerminan sejauh mana perusahaan menghargai keselamatan manusia di atas target produksi.

Ketika pekerja merasa aman untuk berkata “STOP” tanpa rasa takut, saat itulah SWA benar-benar efektif.

Budaya ini tidak bisa dibangun dalam semalam — butuh konsistensi, edukasi, dan keteladanan dari semua level organisasi.

Karena pada akhirnya, pekerjaan bisa diulang, tapi nyawa tidak bisa diganti.