Peristiwa kebakaran hebat melanda Gedung Terra Drone yang berlokasi di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12) siang. Insiden tragis ini menewaskan 22 orang, terdiri dari 7 laki-laki dan 15 perempuan. Seluruh korban meninggal dunia langsung dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi.
Aparat kepolisian bersama tim forensik kini masih melakukan penyelidikan mendalam guna mengungkap penyebab pasti kebakaran gedung bertingkat tersebut. Berikut rangkuman fakta-fakta utama dari insiden yang mengguncang Jakarta Pusat itu.
Baca Juga: Pentingnya Penerapan K3 dalam Penanganan Bencanaa
Polisi menduga kebakaran bermula dari baterai drone yang terbakar di dalam gedung. Dugaan ini masih bersifat sementara dan akan dipastikan melalui hasil pemeriksaan laboratorium forensik.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menyatakan bahwa tim Labfor masih bekerja untuk mengidentifikasi penyebab awal kebakaran serta kemungkinan adanya unsur kelalaian dalam insiden tersebut.
Selain itu, polisi juga akan memeriksa sejumlah saksi, termasuk pemilik gedung dan pemilik usaha, guna mengumpulkan keterangan yang komprehensif.
Menurut keterangan saksi, kebakaran bermula di lantai 1 gedung. Saat api mulai muncul, penghuni berusaha memadamkannya menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Namun upaya tersebut tidak berhasil.
Api kemudian membesar dan menghasilkan asap tebal yang dengan cepat merambat ke lantai-lantai atas. Kondisi inilah yang diduga kuat menyebabkan banyak korban kehilangan kesadaran akibat menghirup asap berlebihan.
Korban yang berhasil selamat diketahui melakukan evakuasi melalui atap (rooftop) gedung, kemudian menyeberang ke bangunan di sebelahnya.
Sementara itu, korban yang meninggal dunia mayoritas ditemukan di lantai 3 hingga lantai 5. Polisi menduga para korban sudah dalam kondisi lemas sehingga tidak mampu mencapai rooftop untuk menyelamatkan diri.
Seorang petugas keamanan bernama Rian mengaku mendengar ledakan keras sesaat sebelum api muncul.
Menurutnya, api awalnya kecil namun dengan cepat menjalar ke kardus dan barang-barang mudah terbakar di sekitarnya, sehingga asap menjadi sangat pekat dan memenuhi gedung.
Hasil sementara olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dilakukan Puslabfor Bareskrim Polri mengungkapkan bahwa gedung hanya memiliki satu akses keluar-masuk.
Selain itu, ukuran tangga di dalam gedung diduga relatif sempit dan menyulitkan proses evakuasi. Faktor ini akan diuji lebih lanjut secara forensik untuk mengetahui perannya dalam tingginya jumlah korban.
Hingga Selasa malam, tiga dari 22 jenazah telah berhasil diidentifikasi oleh tim RS Polri Kramat Jati melalui metode sidik jari, rekam medis, data gigi, dan properti pribadi.
Ketiga korban tersebut adalah:
Pihak RS Polri menyebut tidak dilakukan autopsi, hanya pemeriksaan luar. Dugaan sementara, seluruh korban meninggal akibat paparan gas beracun, terutama karbon dioksida, yang berasal dari kebakaran di lantai dasar gedung.
Hingga kini, aparat kepolisian memastikan proses penyelidikan masih terus berjalan. Fokus utama penyelidikan meliputi penyebab kebakaran, sistem keselamatan gedung, serta prosedur mitigasi risiko dan evakuasi yang tersedia di lokasi.
Tragedi ini kembali menjadi pengingat pentingnya standar keselamatan kebakaran, terutama pada bangunan bertingkat yang memiliki aktivitas berisiko tinggi.